Kak Seto, Mimpi Jadi Dokter Yang Tidak Terwujud



Semua orang di dunia ini pasti punya keinginan atau mimpi yang ingin dicapai dalam kehidupannya. Sewaktu masih kecil, guru-guru di sekolah sering sekali bertanya “ketika sudah besar ingin jadi apa ?”. Ada yang ingin jadi pilot, pemain sepakbola, guru, dan juga dokter. Itu juga yang jadi cita-cita seorang kak Seto. Sejak kecil dirinya ingin sekali suatu saat nanti menjadi seorang dokter.
 
Kak Seto yang memiliki nama lengkap Seto Mulyadi harus menerima takdir ketika mimpi untuk jadi dokter kandas. Ia harus berhenti untuk menjadi dokter tatkala dirinya tidak diterima di fakultas kedokteran, baik di Universitas Airlangga maupun Universitas Indonesia. Padahal saat itu pemuda kelahiran Klaten, 28 Agustus 1951 memiliki prestasi belajar yang selama ini juga tidak mengecewakan.


Gagalnya untuk diterima di fakultas kedokteran membuat dirinya memendam kekecewaan yang sangat mendalam. Hingga akhirnya hidup terasa tertekan dan dirinya memutuskan meninggalkan rumah, pergi ke Jakarta. Subuh, 27 Maret 1970, kak Seto nekat minggat ke Jakarta dan hanya meninggalkan sebuah surat kepada ibunya sebagai salam perpisahan.

Ketika tiba di Jakarta, semuanya ia mulai dari bawah. Berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, jadi tukang batu, dan juga jadi tukang semir di Blok M. Berat sekali keadaannya saat itu, dibentak-bentak dan sering dimarahi. Itu semua menjadi kenangan perjalanan awal kehidupan di Jakarta Kak Seto.

Hingga suatu hari, ia sedang menonton acara yang diasuh oleh Bu Kasru di TVRI di rumah tempatnya menumpang. Dirinya sangat tertarik dengan program tersebut dan mencari rumah pengasuh acaranya dengan keinginan untuk berguru. Dirinya diterima oleh Pak Kasur yang kemudian membawanya ke TK Situ Lembang, Jakarta Pusat. Dan dirinya diangkat menjadi asisten Pak Kasur.
Sambil bekerja, sekali lagi Kak Seto mencoba masuk ke fakultas kedokteran tapi tetap tidak diterima. Hingga akhirnya Pak Kasur memberi saran untuk mencoba mendaftar di fakultas psikologi. Dan Kak Seto diterima di fakultas psikologi Universitas Indonesia.

Bersama Pak Kasur, Kak Seto justru menemukan minat lain di luar kedokteran, yaitu dunia anak. Tanpa disadari di lembaga pendidikan anak yang diikutinya, ia bisa menumpahkan kerinduan masa kecil. Kecintaan pada anak-anak sesuatu yang berawal dari kerinduan akan datangnya seorang adik. Setelah adiknya yang masih berusia tiga tahun meninggal dunia.


Kecintaan terhadap dunia anak yang didukung dengan prestasi akademiknya di bidang psikologi anak, membuat nama Kak Seto semakin berkibar dan dihormati di dunia pendidikan anak. Kini dirinya telah menjadi tokoh pemerhati anak yang disegani, Ketua Komnas HAM perlindungan anak, dan doktor bidang psikologi. 

Ketika muda Kak Seto mempunyai minat yang sangat tinggi untuk menjadi dokter. Hingga akhirnya ia tertekan karena gagal masuk fakultas kedokteran. Tetapi kemudian ia sadar dan membuka diri pada hal lain. Sikap ini membuat dirinya bisa menemukan bidang lain di luar dunia kedokteran yang ternyata juga sangat membahagiakan hatinya, dunia anak. Dari dunia anak, kini ia menjadi tokoh nasional pemerhati anak.

Komentar