Penyanyi Terlabel Suara Kaleng Rombeng




            Siapa yang pernah mendapat ejekan dari teman atau orang di sekitarnya ? Pasti semua menjawab pernah. Ejekan terkadang bisa berupa bercandaan tapi ada juga yang serius dan menusuk. Menusuk ke dalam relung hati kita dan akhirnya pecah. Sakit hati akan penilaian orang lain yang terkadang terlalu sakit bila diucapkan. Lalu setelah itu semangat akan hilang, dan tidak mau mencoba untuk melanjutkan kembali.

            Inilah yang dialami oleh Teuku Adifitriana atau lebih dikenal sebagai Tompi. Pria kelahiran Lhokseumawe, 22 September 1978 ini merupakan musisi jazz yang namanya sudah tidak asing terdengar di telinga orang Indonesia. Ketika kecil pemuda Aceh ini termasuk anak yang bandel tetapi prestasi seolahnya tidak mengecewakan. Dirinya juga aktif mengikuti kegiatan luar sekolah seperti lomba puisi, teater dan lukis.
            Pada masa bangku SMP, dirinya mulai mengenal dengan dunia musik. Saat itu ia memilih untuk bergabung dalam kegiatan marching band. Dan alat musik yang dimainkannya untuk pertama kali adalah sebuah terompet. Sejak itulah dirinya mulai tertarik untuk mengetahui beragam jenis musik yang ada.
             Sempat dirinya mengikuti perlombaan menyanyi pada lomba Bahana Suara Pelajar di tempat kelahirannya, Aceh. Namun, dewi fortuna belum memihak kepadanya. Temannya yang menjadi pemenang pada lomba tersebut, mengikuti perlombaan yang sama di Jakarta. Pada saat ke Aceh, temannya bercerita bahwa juara satu pada lomba tersebut memiliki suara yang sama dengan Tompi. Mendengar hal itu, diam-diam Tompi mulai percaya diri.
            Kemudian dirinya memutuskan untuk mengikuti perlombaan menyanyi kembali yang pada kali ini diadakan oleh PT Arun. Pada saat tiba gilirannya, namanya dipanggil oleh panitia acara. Dirinya merasa gugup dan deg-degan setengah mati, rasanya jantungnya mau menjebol dinding kulit dan keluar dari tubuh. Keadaannya ini membuatnya melakukan hal yang memalukan saat tampil. Dirinya lupa akan teks lagu yang dinyanyikan. Hal ini membuatnya sangat malu dan berjanji tidak akan menyanyi lagi.
            Tidak hanya sampai disitu. Puncak keterpurukannya terjadi pada saat pelajaran seni musik melakukan pembagian suara untuk paduan suara. Saat gilirannya dites, sang guru memberi komentar :
            “Wah, kalau suaranya seperti kamu begini, sampai kapan pun tidak akan terpakai di paduan suara atau jadi penyanyi ! Suaranya kayak kaleng rombeng begini.”
            Mendengar hal itu, membuat teman-temannya langsung menetertawainya. Tompi dikeluarkan dari keolmpok paduan suara karena suaranya dianggap seperti kaleng rombeng.
            Beruntung Tompi bisa mengabaikan hinaan di masa lalunya. Ketika kuliah, saat itu di kampusnya ada lomba band. Dan Tompi tergabung dalam perwakilan mahasiswa turut ambil baian dalam acara itu. Tak dapat diduga kelompoknya berhasil menang dan kepercayaan diri Tompi kembali pulih untuk bernyanyi. Jurinya pada saat itu langsung menawari mereka untuk ikut lomba Panggung Band 2000 bekerjasama dengan RCTI dan Yamaha. Saat itu Tompi memegang perkusi dan mereka menyanyikan lagu Manuk Dadali. Sayang mereka tidak menang, tapi untuk Tompi hal itu cukup puas. Dari itu ia kembali melihat betapa dunia musik menyenangkan dan ini membangun kepercayaannya kembali untuk terus berada di dunia musik.
            Pria lulusan Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia ini telah merilis beberapa album Cherokee (2004), Bali Lounge (2004), T (2005) dan Soulful Ramadhan (2005) dan masih terus untuk berkarya. Berbagai pagelaran musik Jazz sudah dilakoninya baik tingkat nasional maupun internasional. Beberapa penghargaan dapat ia raih dalam dunia permusikan. Seperti AMI Awards 2008 pada Bidang Karya Terbaik untuk lagu Salahkah. Dan AMI Awards 2009 Terbaik untuk lagu Sedari Dulu.
            Pada mulanya dirinya sempat terpuruk karena komentar pedas yang dilontarkan oleh guru seninya. Tapi ia memberi ruang untuk kembali dan kembali mencoba. Akhirnya ia meraih sukses luar biasa di dunia tarik suara. Orang lain bisa melakukan kesalahan yang sangat fatal ketika menilai potensi, seperti kegagalan guru keseniannya untuk melihat sisi positif dari keunikan suara Tompi. Beruntung dirinya bisa mengabaikan hinaan itu dan meneruskan impiannya.
            Orang lain memang berhak untuk memberikan penilaian kepadamu. Bahkan sekalipun penilaian yang buruk. Ketika mendengarkan apa kata orang mengenai buruknya dirimu, maka dirimu akan berada posisi jatuh sejatuhnya. Ketika memilih untuk mengabaikan apa yang mereka katakan dan terus berjuang tanpa kenal lelah, dirimu akan melihat suatu saat yang mengejekmu akan diam dan terpukau akan keberhasilan yang dirimu capai.   

Komentar